Perang Rusia-Ukraina kembali memasuki babak eskalasi serius. Pada akhir pekan lalu, Rusia meluncurkan serangan udara terbesar ke Ukraina sepanjang tahun 2025 dengan mengerahkan lebih dari 150 drone tempur dan rudal jelajah dalam waktu kurang dari 24 jam. Serangan ini disebut-sebut sebagai aksi balasan terkoordinasi atas serangan Ukraina sebelumnya ke wilayah perbatasan Rusia.
Kementerian Pertahanan Ukraina menyebut ini sebagai gelombang serangan drone terbesar sejak awal perang, dengan sasaran utama infrastruktur energi dan fasilitas militer.
Rincian Serangan udara terbesar Rusia ke Ukraina : Target dan Dampaknya
Menurut laporan resmi dari Kyiv, serangan Rusia mengarah ke beberapa kota besar termasuk Kyiv, Lviv, Kharkiv, dan Odessa. Sistem pertahanan udara Ukraina berhasil menembak jatuh lebih dari 100 drone, tetapi sebagian besar infrastruktur penting tetap mengalami kerusakan berat.
Akibat serangan tersebut:
- Tiga pembangkit listrik mengalami gangguan operasional.
- Ribuan warga sipil mengalami pemadaman listrik dan air bersih.
- Bandara sipil di Kharkiv ditutup sementara.
- Sedikitnya 20 orang dilaporkan luka-luka, termasuk anak-anak.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut serangan ini sebagai “upaya teror energi” menjelang musim panas.
Baca Juga : Gerakan Pemuda Kritik Budaya Arab: Isu Identitas Nasional Kembali Mengemuka
Respons Dunia Internasionall
Serangan ini langsung menuai reaksi dari dunia internasional. NATO menyatakan keprihatinannya dan meminta Rusia menghentikan serangan ke infrastruktur sipil. Sementara itu, Amerika Serikat dan Uni Eropa menjanjikan bantuan pertahanan tambahan berupa sistem anti-drone dan peluru kendali.
PBB mengeluarkan pernyataan yang menekankan pentingnya perlindungan terhadap warga sipil dan menyerukan agar kedua pihak kembali ke meja perundingan.
Mengapa Serangan Ini Krusial?
Serangan udara terbesar Rusia ke Ukraina bukan hanya soal skala, tetapi juga pesan strategis. Rusia ingin menunjukkan bahwa mereka masih memiliki dominasi udara dan kemampuan melumpuhkan sistem pertahanan Ukraina secara masif. Di sisi lain, Ukraina mencoba bertahan dengan teknologi dan bantuan dari Barat yang semakin terbatas.
Bagi dunia, ini menandai bahwa perang yang sudah berlangsung lebih dari dua tahun belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda.
Pandangan Analis Militer
Menurut beberapa analis militer, serangan ini merupakan taktik Rusia untuk:
- Mengganggu distribusi logistik militer Ukraina.
- Menekan moral rakyat dan pemerintah Kyiv.
- Menguji kesiapan sistem pertahanan udara Ukraina yang mulai kehabisan stok amunisi.
Langkah ini juga diyakini sebagai bagian dari strategi jangka panjang Rusia menghadapi tekanan diplomatik dari negara-negara Barat.
Serangan drone besar-besaran oleh Rusia ini menjadi pengingat bahwa perang di Ukraina masih jauh dari kata selesai. Sementara dunia mulai jenuh mengikuti konflik ini, warga sipil di kedua negara terus menjadi korban. Dengan serangan udara terbesar ke Ukraina ini, perang memasuki babak yang lebih agresif dan tidak terduga.
Post Comment